Korban Selamat Ponpes Al Khoziny Diamputasi di Reruntuhan
marihidupsehat – Musibah robohnya Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo menyisakan kisah memilukan. Seorang santri berhasil selamat setelah tertimpa reruntuhan, namun harus menjalani amputasi di lokasi kejadian karena kakinya terjepit beton dan tidak bisa diselamatkan. Kisah dramatis ini menyentuh hati masyarakat dan memperlihatkan betapa beratnya upaya penyelamatan di tengah reruntuhan bangunan.
- Detik-Detik Penyelamatan Dramatis
Tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan bekerja tanpa henti mencari korban. Salah satu santri ditemukan masih hidup meski terjepit beton besar. Selama berjam-jam, tim berusaha mengangkat material, namun kondisi sulit karena risiko bangunan yang masih labil. Akhirnya, setelah berkonsultasi dengan tenaga medis, diputuskan untuk melakukan amputasi di tempat demi menyelamatkan nyawa korban. - Amputasi di Tengah Reruntuhan
Proses amputasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan sangat terbatas fasilitas. Tim medis yang hadir menggunakan peralatan darurat, dengan penerangan seadanya. Situasi penuh ketegangan karena korban terus berada dalam tekanan fisik maupun mental. Meski harus kehilangan anggota tubuh, tindakan ini terbukti menyelamatkan nyawa santri tersebut. Setelah operasi darurat, korban langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk perawatan intensif. - Reaksi Keluarga dan Warga Sekitar
Kabar bahwa ada korban selamat meski harus diamputasi membuat keluarga korban haru bercampur syukur. Banyak warga ikut meneteskan air mata ketika mengetahui perjuangan panjang tim SAR dan kondisi yang dihadapi santri tersebut. Meski penuh duka, masyarakat menganggap peristiwa ini sebagai mukjizat di tengah tragedi. Dukungan doa dan bantuan terus mengalir dari berbagai pihak untuk korban dan keluarganya. - Evaluasi Keamanan Bangunan Pesantren
Peristiwa ini memunculkan kembali sorotan terhadap standar keamanan bangunan di pondok pesantren dan fasilitas pendidikan lain. Banyak pihak menilai perlu adanya audit bangunan secara berkala, terutama karena pesantren menampung ratusan santri. Pemerintah daerah bersama tim teknis berencana melakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab runtuhnya bangunan. Harapannya, musibah serupa bisa dicegah di masa mendatang. - Harapan untuk Pemulihan Korban dan Pesan Moral
Meski kehilangan satu kaki, santri korban amputasi masih memiliki kesempatan untuk menjalani hidup dan menatap masa depan. Pemerintah daerah dan pihak pesantren berkomitmen memberikan pendampingan medis, psikologis, dan pendidikan bagi korban. Peristiwa ini juga menjadi pesan moral bagi masyarakat tentang pentingnya kesiapan menghadapi bencana serta solidaritas dalam membantu sesama.
Tragedi robohnya Ponpes Al Khoziny menyisakan luka mendalam, namun kisah penyelamatan dengan amputasi ini sekaligus menjadi bukti kegigihan dan keberanian tim penyelamat. Masyarakat berharap para korban yang selamat segera pulih, sementara investigasi terhadap penyebab musibah dapat menghasilkan langkah nyata untuk melindungi generasi muda di pesantren-pesantren seluruh Indonesia.
