marihidupsehat – Penyakit cacingan masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di daerah dengan sanitasi yang belum memadai. Kondisi ini sering kali dianggap sepele, padahal dapat berdampak serius pada kesehatan, khususnya pada anak-anak usia sekolah.
Penyakit yang Sering Diabaikan
Cacingan disebabkan oleh parasit yang masuk ke tubuh manusia melalui tanah, makanan, atau air yang terkontaminasi telur cacing. Gejalanya bisa ringan hingga berat, seperti sakit perut, nafsu makan menurun, berat badan tidak bertambah, hingga anemia.
“Banyak orang menganggap cacingan itu biasa, padahal infeksi berulang bisa menurunkan kualitas hidup anak. Mereka jadi kurang konsentrasi di sekolah, lemas, bahkan pertumbuhan terhambat,” ujar dr. Haryani, dokter umum di Puskesmas Jakarta Selatan.
Faktor Penyebab: Sanitasi dan Perilaku Hidup
Menurut para ahli kesehatan, ada dua faktor utama yang membuat cacingan masih tinggi, yakni sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
- Sanitasi buruk meliputi kebiasaan buang air besar sembarangan, tidak adanya akses toilet yang layak, serta sistem pembuangan limbah yang tidak terkelola dengan baik.
- Perilaku hidup tak sehat, misalnya jarang mencuci tangan sebelum makan, membiarkan kuku panjang dan kotor, hingga kebiasaan tidak mencuci sayur atau buah dengan benar.
“Jika lingkungan kotor dan masyarakat tidak menerapkan perilaku hidup bersih, risiko penyebaran telur cacing semakin tinggi,” tambah dr. Haryani.
Anak-anak Paling Rentan
Anak-anak usia sekolah dasar adalah kelompok yang paling berisiko terkena cacingan. Mereka sering bermain di tanah, suka jajan sembarangan, dan belum sepenuhnya memahami pentingnya kebersihan. Akibatnya, telur cacing mudah masuk ke dalam tubuh melalui tangan yang kotor.
Kondisi ini membuat pemerintah melalui program kesehatan rutin membagikan obat cacing gratis di sekolah-sekolah dasar maupun posyandu. Obat tersebut aman dikonsumsi dan direkomendasikan setiap 6 bulan sekali untuk mencegah infeksi.
Dampak Jangka Panjang
Cacingan bukan hanya soal rasa tidak nyaman. Bila tidak ditangani, dampaknya bisa serius, terutama pada anak-anak. Kekurangan gizi, gangguan perkembangan otak, hingga turunnya daya tahan tubuh adalah beberapa risiko yang bisa muncul.
“Bayangkan kalau anak kekurangan gizi karena nutrisi diserap cacing, tentu prestasi belajar terganggu. Kalau terus berulang, masa depan mereka bisa terpengaruh,” tegas dr. Haryani.
Cara Pencegahan
Meski tampak menakutkan, cacingan sebenarnya bisa dicegah dengan langkah sederhana:
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah dari toilet.
- Memotong kuku secara rutin agar kotoran tidak menumpuk.
- Mengonsumsi makanan yang bersih, sayur dan buah dicuci dengan air mengalir.
- Menggunakan alas kaki saat keluar rumah, terutama ketika bermain di tanah.
- Mengakses toilet yang sehat, tidak buang air sembarangan.
- Minum obat cacing secara berkala sesuai anjuran tenaga kesehatan.
Pentingnya Kesadaran Bersama
Pencegahan cacingan tidak bisa dilakukan individu saja. Perlu kesadaran bersama antara keluarga, sekolah, dan lingkungan. Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menyediakan fasilitas sanitasi yang layak bagi masyarakat.
“Kalau lingkungan masih kotor, meski anak sudah rajin cuci tangan, risiko tetap ada. Jadi ini harus jadi gerakan bersama, mulai dari rumah tangga, sekolah, sampai pemerintah daerah,” kata dr. Haryani menutup penjelasannya.
Kesimpulan
Cacingan adalah penyakit yang bisa dicegah. Kunci utamanya adalah menjaga sanitasi lingkungan dan menerapkan perilaku hidup sehat. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, terutama di kalangan orang tua dan anak-anak, kasus cacingan di Indonesia dapat terus ditekan sehingga generasi mendatang tumbuh lebih sehat, cerdas, dan produktif.

More Stories
Lomba Senam Anak: Membangun Siswa Madrasah Sehat dan Aktif
4 Potret Ahn Eun Jin, Aktris Korea yang Terapkan Hidup Sehat
Fun Walk GoApotik, Perkuat Asosiasi Brand lewat Hidup Sehat