36 Juta Warga Manfaatkan CKG, Kasus Gigi dan Tensi Dominan
marihidupsehat – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat lebih dari 36 juta warga Indonesia telah memanfaatkan layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar serentak di berbagai fasilitas kesehatan sejak awal 2025. Program ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini penyakit tidak menular (PTM).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, dua jenis keluhan yang paling banyak ditemukan adalah masalah kesehatan gigi dan tekanan darah tinggi (hipertensi). “Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mulut dan kontrol tekanan darah masih perlu ditingkatkan,” ujar Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/10).
Program CKG, lanjut Budi, telah mencakup lebih dari 8.500 puskesmas dan rumah sakit daerah di seluruh Indonesia. Setiap peserta dapat melakukan pemeriksaan dasar meliputi gula darah, kolesterol, tekanan darah, berat badan, serta kebersihan gigi dan mulut, tanpa dipungut biaya. Pemerintah juga menyiapkan tenaga medis khusus untuk memberikan edukasi lanjutan bagi warga yang hasil tesnya menunjukkan risiko tinggi.
Menurut laporan Kemenkes, dari total peserta, sekitar 12 juta warga teridentifikasi mengalami masalah gigi dan mulut, seperti gigi berlubang, radang gusi, dan infeksi. Sementara itu, lebih dari 8 juta warga diketahui memiliki tekanan darah di atas batas normal. Data ini menjadi dasar bagi pemerintah untuk memperkuat program pencegahan penyakit kronis di tingkat masyarakat.
“Kita akan dorong agar layanan kesehatan dasar lebih proaktif. Bukan hanya menunggu pasien datang, tapi juga mendatangi warga untuk memastikan kondisi kesehatan mereka,” tegas Budi.
Selain dua penyakit dominan tersebut, hasil pemeriksaan juga mengungkap meningkatnya kasus kadar gula darah tinggi dan kolesterol di sejumlah kota besar. Kemenkes mencatat, kelompok usia produktif 30–45 tahun paling banyak terdeteksi memiliki risiko diabetes dan hipertensi. Hal ini, kata Budi, mengindikasikan pola hidup tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah akan memperluas cakupan program CKG ke wilayah pedesaan dan daerah terpencil. Kemenkes bekerja sama dengan pemerintah daerah dan organisasi kesehatan masyarakat untuk menambah titik layanan pemeriksaan serta memperbanyak tenaga kesehatan keliling.
Budi juga menyoroti pentingnya peran keluarga dan lingkungan dalam menjaga pola hidup sehat. Ia menegaskan, keberhasilan program CKG bukan hanya diukur dari jumlah warga yang diperiksa, tetapi juga dari perubahan perilaku masyarakat setelah mengikuti pemeriksaan. “Kalau masyarakat mulai rutin memeriksa kesehatan dan menjaga pola makan, itu artinya program ini berhasil,” ucapnya.
Di sisi lain, beberapa daerah mulai menunjukkan dampak positif dari pelaksanaan program ini. Di Jawa Timur, misalnya, dinas kesehatan setempat melaporkan peningkatan kunjungan ke puskesmas hingga 40 persen sejak CKG digelar. Sementara di Kalimantan Selatan, jumlah warga yang memeriksakan gigi meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Kemenkes menargetkan 50 juta warga akan mengikuti pemeriksaan CKG hingga akhir 2025. Selain itu, pemerintah berencana meluncurkan aplikasi CKG Digital yang memungkinkan masyarakat memantau riwayat hasil tes dan mendapatkan rekomendasi kesehatan pribadi.
Dengan tren partisipasi yang terus meningkat, program Cek Kesehatan Gratis diharapkan menjadi fondasi penting bagi gerakan nasional hidup sehat, sekaligus membantu menekan beban penyakit kronis yang selama ini menjadi tantangan besar sektor kesehatan Indonesia.
